Pages

Sabtu, 11 Februari 2012

Muhasabah Nafsi Tanda Mawas Diri

Manusia dalam mengemban tugasnya sebagai  hamba Alloh di muka bumi, tak pelak lagi memiliki  hasrat dan keinginan yang tak bisa dihindari. Dengan segala dalih, ditempuhnya berbagai cara untuk memenuhi keinginannya. Namun seringkali hasrat dan keinginannya itu melampaui batas. Dunia menjadi tujuan utamanya dan melupakan akhirat.  Akibatnya, tidak merasa cukup dengan apa yang Alloh telah berikan  padanya.  Tanpa disadari terlintas dalam dirinya, baik diucapkan maupun tidak, kufur nikmat. Maka sudah seharusnya bila kita berusaha untuk senantiasa  muhasabah nafsi ( menghisab diri sendiri) sebagai tanda makhluk Alloh  yang mawas diri.

Dalil-dalil pentingnya muhasabah nafsi
Banyak sekali dalil dan contoh yang dapat kita ambil sebagai pelajaran, bahwa muhasabah nafsi itu penting untuk dilaksanakan. Diantara dalil-dalil tersebut adalah :

Pertama, firman Alloh Ta’ala : “ Hai, orang-orang yang beriman , bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS Al-Hasyr : 18)

Kedua, Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahulloh dalam tafsirnya mengatakan, “ Hisablah diri kalian, sebelum kalian semua dihisab, dan lihatlah amal-amal sholeh yang telah kalian persiapkan untuk menghadapi suatu hari, di mana kalian semua akan dikembalikan dan dikumpulkan di hadapan Rabb kalian. Ketahuilah bahwasanya Alloh mengetahui semua amal dan keadaan kalian. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya baik perkara-perkara yang besar maupun yang kecil.”

Ketiga, Umar bin Khattab radhiallohu anhu berkata : “Hisablah diri kalian, sebelum kalian dihisab.” Beliau juga, jika waktu malam telah tiba, memukul kedua kakinya seraya berkata pada dirinya ,” Apakah yang telah engkau kerjakan siang tadi ?”

Keempat, Adalah Thalhah radhiallahu anhu, jika disibukkan dengan perkebunannya hingga ia tidak bisa menghadiri sholat berjama’ah, maka ia mengeluarkan sedekah dari perkebunannya. Ini adalah bentuk muhasabah nafsi.
Begitulah cara para shalafusholeh dalam menghisab diri mereka atas kelalaian dan ketidakseriusannya dalam beribadah serta cara mereka  mencegah mengikuti hawa nafsunya.
Konsekuensi  kita sebagai seorang mukmin, hendaklah bersegera memperhatikan dirinya. Apa dan bagaimana amalan yang akan menjadi bekal menuju negeri akhirat ? Apakah karena Alloh Ta’ala dan dalam rangka meningkatkan imtaq ?  Dan yang terpenting akan diterimakah setiap amal yang kita perbuat ? Karena besar kecilnya, baik buruknya, semua akan mendapatkan balasan yang setimpal di sisi  Alloh Ta’ala, seperti dalam firmannya : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (Al-Zalzalah: 7 – 8 )

Modal Manusia     
Hidup di dunia ini ibarat sebuah perdagangan. Modal manusia adalah waktu yang sangat singkat, nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat dihitung. Laba perdagangan ini adalah  syurga firdaus yang paling tinggi. Kerugiannya adalah maksiat dan durhaka kepada Alloh Ta’ala. Bagi mereka yang dapat memanfa’atkan  umur dan waktu yang dilaluinya, maka beruntunglah dia. Dan sebaliknya, bagi mereka yang selalu kehabisan waktu hanya untuk dunia dan kesenangan yang semu, maka balasannya adalah apa yang diusahakannya. Yaitu kerugiaan yang tiada berakhir di akhirat kelak. Naudzubillah min dzaalik !

Seorang mukmin seyogyanya menyadari, bahwa sewaktu-waktu dia bisa  dijatuhi hukuman berkenaan dengan pendengaran, penglihatan dan     anggota tubuh yang lain.Jadi hisab yang mendetail terhadap jiwa ini jauh lebih penting dari pada mencari keuntungan duniawi. Orang yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir tidak akan lalai menghisab dirinya, mempersempit ruang gerak dan apa yang melintas di dalamya. Sebab setiap tarikan nafas merupakan butir-butir mutiara yang sangat berharga dan tak akan ada gantinya.

Bila seorang muslim selesai mengerjakan sholat subuh, dia berharap pada hari ini perdagangannya akan mendapatkan laba. Pada hari ini dia bersyukur karena Alloh Ta’ala masih memberi satu peluang hidup dan masih menunda ajalnya. Juga Allaoh Ta’ala memberikan anugerah padanya. Mungkin jika Alloh Ta’ala berkehendak mematikan dia, maka dia akan berharap pada-Nya, agar dikembalikan ke dunia agar dapat beramal sholeh. Seperti dalam firmannya, “Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata : “Kiranya kami  dikembalikan ke dunia dan tidak mendustakan ayat-ayat Robb kami, serta menjadi orang-orang yang beriman (tentulah kamu melihat sesuatu peristiwa yang mengharukan) (QS Al-An‘aam : 27) .

Maka periksalah kembali modal kita dengan muhasabah nafsi, agar ada kejelasan apakah ada keuntungan atau kerugian. Jika kerugiaan yang didapat, maka harus segera menyadari, menyesali dan bertaubat.

METODE MUHASABAH NAFSI
Sebuah kesuksesan akan diperoleh apabila kita mengetahui kunci dan cara untuk mencapainya. Kemudian berusaha untuk merealisasikannya dengan penuh kesungguhan, antara lain dengan cara :

1. Meningkatkan ketakwaan pada Allah Ta’ala. Dalam firman Allah Ta’ala ,” Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakannmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.’ (QS Al-Baqarah 21 ).

2. Kejernihan dalam berfikir. Dalam berfikir perlu diusahakan agar pikiran kita terfokus pada hal-hal positif saja dan baik manfa’atnya. Jika tidak, maka syetan akan mengganggu pikiran kita dengan hal-hal yang jelek dan negativ.

3. Kemampuan mengoreksi sikap mental agar lebih baik dalam beribadah.
Metode ini penting untuk melatih kedisiplinan dalam menata waktunya. Seorang Muslim akan merasa terkurung dengan waktu hidupnya di dunia ini. Maka dia akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengambil manfa’at dari waktu-waktu tersebut, seperti ; sholat di awal waktu, saling menasehati,dan lain-lain. Semua itu dalam rangka meningkatkan ibadah kepada   Alloh Ta’ala.

Begitulah hamba yang menghisab dirinya sendiri. Menghisab setiap hembusan nafasnya, kedurhakaan hati dan anggota tubuhnya setiap saat. Amat sangatlah berharga detak jantungnya dalam mengisi kehidupannya. Muhasabah nafsi tidaklah dilakukan setahun sekali, sebulan sekali ataupun seminggu sekali. Tapi tiap-tiap saat di setiap akhir malamnya. Di setiap gerak aktifitas jiwa dan raga, sampai apapun yang terlintas di benak kita. Menghitung hari demi hari sebagai suatu perdagangan dengan Alloh Ta’ala. Apakah keuntu-ngan atau kerugiaan yang akan kita dapatkan ?

Manfaatkan waktumu

Alloh Ta’ala telah menjadikan bergulirnya hari, bulan dan tahun. Bergantian siang dan malam mengisi hari demi hari sepanjang masa. Menjadikan siang dan malam sebagai lahan untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Alloh Ta’ala berfirman : “Dan Dia pula yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Al-Furqon ; 62 ). Sebagai fase-fase  berkembangnya setiap ajal sampai usai dan habisnya ajal manusia.

Cerahnya mentari pagi yang menyongsong kehidupan, harusnya menjadikan manusia semangat mencari rejeki, menebarkan kebajikan, mengharap karunia dan keberkahan atas setiap yang kita nikmati. Bila malam tiba, akhir dari suatu hari, selesailah manusia sebagai makhluk sosial. Interaksinya kepada sesama manusia, baik dalam kehidupan rumah tangga, sosial, ekonomi, dan lain-lain, akan diminta pertanggung jawabannya di hadapan Alloh Ta’ala. Hal ini berdasarkan hadits Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam : “Masing-masing di antara kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta  pertanggungjawabannya………(HR Bukhari ). Alloh Ta’ala berfirman tentang waktu : “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun, dan tdk dapat pula memajukannya. (QS al-A’raaf : 34 )  .

Kita harus sadar dan tanggap akan waktu. Sesungguhnya hari-hari yang berlalu adalah menuju kampung akhirat. Terbit dan terbenamnya matahari  merupakan tanda bahwa dunia bukanlah kampung kekekalan. Ia akan menghilang be-gitu saja Maka janganlah lengah dan segan apalagi malas dalam setiap kesempatan berbuat kebajikan, untuk amar ma’ruf nahi munkar. Walau hanya menyingkirkan paku dari jalan atau sekedar tidak ngobrol di jalan orang.Amalan tersebut akan mulia di sisi Alloh Ta’ala, walaupun sepele atau hina dalam pandangan manusia. Tapi kesempatan tak akan datang kedua kalinya.  Ingat dengan firman Alloh Ta’ala : Hingga apabila datang kematian kepada seseorang di antara mereka, dia berkata ; “Yaa Rabbku kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal sholeh terhadap apa yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak ! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai mereka dibangkitkan.”(QS Al-Mu’minuun ; 99 – 100 )

Walau umur sepanjang masa, bila hari demi hari, dari waktu ke waktu selalu sama, maka takutlah dengan datangnya kerugian. Apalagi bila hari ini lebih buruk daripada hari kemerin, apalah jadinya balasan yang akan kita terima dari Alloh Ta’ala ?Janganlah kita menunda-nunda waktu selama masih diberi nafas kehidupan dan janganlah terlalu panjang berangan-angan. Ibnu Umar radhiallohu anhu berkata : “Apabila engkau berada pada sore hari, janganlah menunggu waktu pagi. Apabila engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Ambillah masa sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum datang matimu.’ (HR Bukhari).

Dalam beramal janganlah kita mepersulit diri. Islam adalah dien yang mudah . Alloh Ta’ala telah berfirman ;” Alloh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya…….. (QS Al-Baqarah ; 286 ) 

Sesungguhnya hanya orang-orang yang beriman dan cerdas yang dapat mencari keuntungan dari waktu yang hanya sekejap : “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugiaan , kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya  menetapi kebenaran.” (QS A-Ashr ; 1 – 3).

Maka ambillah hikmah dan pelajaran dari waktu yang terus bergulir. Dan sesungguhnya syukurpun tidak boleh berhenti tertinggal digilas waktu !

Waktumu akan segera berakhir
Perjalanan manusia tidaklah berakhir di dunia saja. Setelah ajal menjemput akan ada lagi kehidupan kekal di akhirat nanti. Kematian sendiri adalah tamu tak diundang, kapan dan di mana saja., serta menimpa siapa saja. Firman Alloh Ta’ala : “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS Qoof :19 )

Apabila kita banyak menyia-nyiakan kewajiban terhadap Alloh,   segeralah bertaubat.  Jika kita mendholimi diri sendiri, segera pula bertaubat. Sebaliknya bila dianugrahi nikmat, hendaklah kita memuji Alloh dan bersyukur atas karunia-Nya serta memohon keteguhan iman sampai mati.
Beberapa amalan yang bisa menghapus dosa adalah :
1. Bertaubat dengan sebenarnya (nashuha) (baca QS at-Tahrim : 8 )
2. Memperbanyak istighfar
3. Beramal sholeh dengan ikhlas dan mengikuti sunnah (baca QS Hud : 114 )
4. Musibah yang diterimanya dengan sabar dan penuh keridhoan.

Tahun lalu bukanlah sekedar kenangan, tahun baru pun bukan disambut dengan perayaan. Namun perjalanan ini seharusnya mengingatkan apa saja yang telah kita perbuat. Iman bukanlah sekedar angan-angan kosong, bukan pula hanya hiasan bibir. Iman direalisasikan dengan amalan yang sungguh-sungguh. Taubat pun bukan sekedar ucapan lisan tanpa usaha untuk membersihkan diri. Perlu dibuktikan dengan amalan yang diridhai-Nya. Dalam kehidupan terdapat lapangan yang luas sekali untuk melakukan amal-amal sholeh sebelum kematian menjemput. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika menasihati seorang sahabatnya : “ Raihlah kebaikan pada 5 keadaan, sebelum datang 5 keadaan ; masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa  sakitmu, masa cukupmu sebelum datang masa fakirmu, masa senggangmu sebelum datang masa sibukmu,dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.: ( HR Hakim 7846, dishohihkan oleh Al-Abani dan shohih at-Targhib 3355 )

Banyaknya harta, puncaknya jabatan, tingginya pendididkan tidak berharga di kehidupan ini, bila umur yang Alloh Ta’ala berikan disia-siakan begitu saja .Lebih rugi lagi, jika orang justru menganggap dirinya telah berbuat baik dan berjuang untuk agama, ternyata di sisi Alloh tidak ada artinya. Firman Alloh Ta’ala : “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia  perbuatan dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menganggap telah berbuat sebaik-baiknya.” ( QS Al-Kahfi :104 ).

Maka janganlah kita membuang-buang modal kita dengan membelanjakan sesuatu yang tiada berguna. Mari kita berusaha untuk mendapatkan panen yang berhasil dan menuju negeri akhirat yang bahagia dengan  “Berlomba-lomba dalam kebaikan (Fashtabiqul khairot ) (QS Al-Baqoroh:148  dan QS Al-Maidah:48 ).

Oleh : Ummu Khonsa
Buletin Shalihah edisi 09 spesial






 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar