Pages

Jumat, 10 Februari 2012

Wanita Shalihah-lah yang Pantas Berkiprah

Menurut pepatah,”Wanita adalah tiang negara”. Hemat penulis, “Wanita adalah tiang keluarga”. Terlepas dari dua hal tersebut, prinsipnya wanita sangat penting perannya. Bukan hanya di keluarga dan masyarakat, bahkan dalam lingkup yang lebih besar sekalipun. Mengapa demikian? Jawabannya: karena wanita adalah belahan laki-laki (syaqooiqur rijaal), demikian menurut hadits riwayat Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi dari ‘Aisyah radliallohu ‘anha. Yahya Al-Qothoni berkata: sanad haditsnya shahih. Imam Rofi’i rohimahulloh berkata: Syaqooiqur rijaal adalah belahan, bandingan, dan semisal laki-laki dalam penciptaannya. Karena Hawwa pun tercipta dari tulang rusuk Adam ‘alaihissalam. Wallohu A’lam

Jika wanita adalah belahan atau bandingan dan semisal laki-laki berarti wanita pun mempunyai peran nyata dalam kehidupan ini. Keduanya saling melengkapi. Apa yang tidak ada pada wanita maka ada pada laki-laki, demikian pula sebaliknya. Namun yang sangat disesalkan wanita kini menjadi korban jargon “emansipasi” dan “kebebasan” yang tidak terbatas telah membawa mereka menyongsong malapetaka dan bencana dunia.

Kini yang ada adalah wanita-wanita “sampah” dunia, dan yang tersisa tinggal segelintir wanita sholihah. Namun penulis tidak akan putus asa. Lewat tulisan ini, penulis –insya Alloh- berupaya mendaur ulang wanita-wanita “sampah” menjadi wanita-wanita sholihah yang berperan aktif menyulap dunia nista, penuh bencana dan malapetaka akibat ulah mereka menjadi dunia yang penuh dengan keberkahan dan kebaikan.

Untuk menjawab semuanya, penulis bermaksud memaparkan faktor-faktor apa saja yang akan menjadikan seorang wanita bisa berkiprah dan bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Faktor Pertama : kesholihah seorang wanita.
Wanita sholihah adalah wanita yang baik. Wanita sholihah adalah wanita teladan dan panutan bagi kalangannya. Pertanyaannya, Bagaimana agar seorang wanita menjadi sholihah? Jawabnya, berkata Syaikh Muhammad bin Sholih Al 'Utsaimin: Setiap wanita tidak akan sampai pada tingkatan sholihah kecuali dengan ilmu syar’i.

Faktor Kedua : fasih dalam tutur kata dan jelas dalam berbicara.
Jika hal ini dimilikinya insya Alloh dapat menjadi washilah (media) bagi wanita yang lain untuk mendapat hidayah. Bukankah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya sebagian dari bayan (perkataan yang jelas) mengandung sihir”.(HR.Ahmad, no.18343). Maksud dari hadits tersebut bahwa dengan fasihnya tutur kata seseorang, jelasnya gaya bicara seseorang dan padatnya isi ucapan seseorang dapat menjadi washilah yang menghantarkan orang yang mendengarnya untuk mendapatkan hidayah dan kebenaran. Wallohul Musta’an.

Faktor Ketiga : memiliki hikmah.
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin berkata,”Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya”. Pengarang Kitab Al Mu’jamul Wasith berkata,”Hikmah adalah mengetahui amal yang utama melalui ilmu yang mulia”. Menurut Syaikh Sa’id bin Wahf Al Qohthoni, bahwa hikmah itu mempunyai tiga rukun. Pertama: Ilmu, Kedua: Hilmu (Sabar), Ketiga: Al ‘Anaat (berhati-hati).

Karena pentingnya hikmah, Alloh Subhanahu wa ta’ala pun berfirman:”Alloh akan memberikan hikmah kepada siapa saja yang Alloh kehendaki. Dan barangsiapa yang Alloh berikan hikmah kepadanya maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak”.(QS.Al Baqoroh 2:269). Maka lihatlah penjelasan-penjelasan diatas, sangatlah urgen bagi seorang wanita yang ingin berkiprah haruslah memiliki hikmah. Dengan hikmah insya Alloh dakwahnya berkah.

Faktor Keempat : mampu mentarbiyah (mendidik) anak-anaknya dengan baik.
Anak adalah generasi mendatang. Di pundak mereka kelangsungan dakwah. Seorang wanita yang memiliki jiwa pendidik yang baik akan mampu mencetak generasi yang baik pula. Tentu saja hal ini tidak mudah, kecuali bagi wanita-wanita yang dianugrahi perangkat-perangkat tarbiyah, seperti kemampuan dalam ilmu syar’i, akhlak yang baik, kesabaran dalam mendidik, dan lain-lain.

Faktor Kelima : giat dalam berdakwah.
Kunci sukses para wanita dai masyarakat selain empat faktor diatas adalh giat dalam berdakwah. Giat dalam berdakwah tidak akan terwujud tanpa semangat yang tinggi (Himmah ‘Aaliyah). Dan Himmah ‘Aaliyah pun bisa muncul apabila terdapat motivasi yang shahih, benar dan memadai. Diantara motivasi tersebut adalah besarnya pahala orang yang berdakwah, mengajak kepada kebaikan, menunjuki orang kepada kebenaran dan memberikan tauladan yang baik. Bukankah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan bahwa “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya”.(HR.Imam Muslim) Begitu pula dalam riwayat yang lain Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memotivasi kita dengan memberikan kabar gembira bagi yang berdakwah dan menjadikan orang lain (mad’u) mengikuti kebenaran lebih baik dari pada unta yang berwarna kemerah-merahan.(HR.Bukhori) Bahkan apabila kita yang berdakwah memberikan teladan kebaikan (sunnah hasanah) maka baginya pahalanya dan pahala orang yang mengikuti dan mengamalkannya dengan tidak mengurangi kebaikannya sedikitpun.(HR.Muslim) Luar biasa....! pahala bagi orang-orang yang berdakwah di jalan Alloh Subhanahu wa ta’ala dengan niat ikhlas dan cara-cara yang shahih.

Mencermati uraian diatas betapa mulianya wanita sholihah. Dia adalah sebaik-baiknya kenikmatan dunia, sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia adalah kesenangan (perhiasan), dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah wanita sholihah.”(HR.Imam Muslim)

Ternyata dia bukan hanya bahagia untuk dirinya bahkan telah menjadikan orang lain pun berbahagia dengan faedah dari diri dan dakwahnya.

Lihatlah muslimah.....! Tidakkah engakau menginginkan status ini? Tentu jawabannya YA! Maka tempuhlah lima kiat diatas! Wallohul Musta’an.

Oleh: Abu Syalha Al Atsari
Buletin Shalihah edisi 01 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar