Pages

Jumat, 10 Februari 2012

Suasana Ramadhan di pondok

Maraknya pendirian pondok pesantren  modern di Indonesia  makin menambah khazanah perkembangan dakwah Islam di tengah masyarakat. Pondok pesantren menjadi salah satu alternatif bagi orang tua yang menyadari tentang pentingnya pendidikan agama bagi anaknya.

Orang tua mengharapkan anak-anak mereka menjadi generasi yang lebih baik terutama dalam pengetahuan agamanya. Dan sejak kecil terbiasa dengan pengamalan ibadah. Itulah salah satu keunggulan pondok pesantren.

Tapi tidak sedikit orang tua yang khawatir anaknya akan tertekan dengan aturan-aturan pondok, terutama pada saat ramadhan. Benarkah demikian ? sebut saja  anak pondok kelas 7. Meski ibadah puasa bukan hal baru bagi mereka, tapi menjalani puasa jauh dari orang tua adalah hal baru bagi mereka. Dan memang itu bukan suatu hal yang mudah.

Di rumah mereka bebas melaksanakan aktifitasnya sesuai dengan keinginan mereka.  Bahkan bermalas-malasan pun sangat mungkin mereka lakukan. Seperti menonton televise, bermain tak kenal waktu , atau tidur seharian. Di pondok tentu saja tidak bisa mereka lakukan lagi.

Aktifitas tetap seperti biasa. Dari mulai belajar hingga tadarus al-Qur’an dan muraja’ah ( mengulang hafalan al-Qur’an). Dan semua itu dilakukan dalam keadaan perut kosong. Justru mungkin disinilah letak pembinaanya. Dan itu tidak mereka dapatkan di luar pondok.

Sebenarnya ada saat-saat menyenangkan bagi mereka. Yaitu berburu buka puasa. Beberapa pondok membolehkan para santrinya untuk membeli sendiri hidangan untuk berbuka puasa. Dan ini keasyikannya. Bareng-bareng mencari hidangan berbuka puasa. Sambil bercengkrama. Di rumah ? Ibu telah menyiapkannya.  Dan keasyikan lain, melahap hidangan yang disediakan pondok. Apapun itu. Tidak bisa ditawar. Itulah letak ujiannya. Melatih sifat Qana’ah. Menerima apa adanya. Satu hal yang mungkin cukup berkesan. Makan dengan wadah nampan besar dikeroyok ramai-ramai ? di rumah ? paling juga pakai piring sendiri-sendiri. Sungguh kebersamaan yang indah.

Di lain pihak, ada giliran piket menyiapkan makanan. Ini melatih santri untuk trampil di dapur. Baik siswa maupun siswi. Dan sholat taraweh pun dilaksanakan dengan jumlah jama’ah yang cukup banyak. Subhaanalloh ! Belum lagi masyarakat sekitar yang ikut bersama. Benar-benar semarak !

Akhirnya para santri pun harus kembali ke rumah masing-masing untuk beri’dul fitri dengan keluarganya. Tapi sungguh, ramadhan di pondok berbeda dengan di rumah. Berkesan dan indah untuk dikenang.

Oleh : Ummu Nafasa feat ummu Tholhah
Buletin Shalihah edisi 06 Juli 2011, Rubrik Khazanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar